Batu bara secara umum
Umur
batu bara
Pembentukan
batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu
bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black
coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
Pada
Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung
terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Materi
pembentuk batu bara
Hampir
seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
·
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel
tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari periode ini.
·
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan
dari alga. Sedikit endapan batu bara dari periode ini.
·
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di
iklim hangat.
·
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
·
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Penambangan
Penambangan
batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar. Batu
bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan baja.
Kelas
dan jenis batu bara
Berdasarkan
tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,
lignit dan gambut.
·
Antrasit adalah
kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsurkarbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
·
Bituminus mengandung
68 - 86% unsur karbon (C)
dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak
ditambang di Australia.
·
Sub-bituminus mengandung
sedikit karbon dan
banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien
dibandingkan dengan bituminus.
·
Lignit atau
batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75%
dari beratnya.
·
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai
kalori yang paling rendah.
Pembentukan
batu bara
Proses
perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan
istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap
proses yang terjadi, yakni:
·
Tahap
Diagenetik atau Biokimia, dimulai
pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang
berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan
gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan
kompaksi material organik serta membentuk gambut.
·
Tahap
Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari
lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Batu bara di Indonesia
Di
Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan
Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu
bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu
dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala
waktu geologi.
Batu
bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa
yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang
terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral
anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan
batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini
sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen
umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu
bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip
dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera
dan sebagian besar Kalimantan.
Endapan
batu bara Eosen
Endapan
ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier
Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi
berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat
Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan
sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung
mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada
Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan busur dalam, yang disebabkan
terutama oleh gerak penunjaman Lempeng Indo-Australia. Lingkungan
pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin, terutama fluviatil,
kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di
Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah
- Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen
Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal
kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin). Berbeda
dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara dimana endapan fluvial
kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran pantai yang
kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur
Eosen Atas.
Endapan
batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir dan
Asam-asam (Kalimantan
Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan
Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi
dan Ketungau (Kalimantan
Barat), Tarakan (Kalimantan Timur),
Ombilin (Sumatera
Barat) dan Sumatera Tengah
(Riau).
Dibawah
ini adalah kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Eosen di
Indonesia.
Tambang
|
Cekungan
|
Perusahaan
|
Kadar air total (%ar)
|
Kadar air inheren (%ad)
|
Kadar abu (%ad)
|
Zat terbang (%ad)
|
Belerang (%ad)
|
Nilai energi (kkal/kg)(ad)
|
Satui
|
Asam-asam
|
PT
Arutmin Indonesia
|
10.00
|
7.00
|
8.00
|
41.50
|
0.80
|
6800
|
Senakin
|
Pasir
|
PT
Arutmin Indonesia
|
9.00
|
4.00
|
15.00
|
39.50
|
0.70
|
6400
|
Petangis
|
Pasir
|
PT
BHP Kendilo Coal
|
11.00
|
4.40
|
12.00
|
40.50
|
0.80
|
6700
|
Ombilin
|
Ombilin
|
PT
Bukit Asam
|
12.00
|
6.50
|
<8.00
|
36.50
|
0.50
- 0.60
|
6900
|
Parambahan
|
Ombilin
|
PT
Allied Indo Coal
|
4.00
|
-
|
10.00
(ar)
|
37.30
(ar)
|
0.50
(ar)
|
6900
(ar)
|
(ar)
- as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association,
1998
Endapan
batu bara Miosen
Pada
Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin
pada kawasan yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan
perselingan sekuen batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan
yang umum pada tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara
Miosen yang ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah
(Kalimantan Timur), Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera
bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan
Bengkulu.
Batu
bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai
yang mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur.
Ciri utama lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan
sumberdaya batu bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga
kurang ekonomis kecuali jika sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya
menguntungkan. Namun batu bara Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas
yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima (PT KPC), endapan
batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi
di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.
Tabel
dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara
Miosen di Indonesia.
Tambang
|
Cekungan
|
Perusahaan
|
Kadar air total (%ar)
|
Kadar air inheren (%ad)
|
Kadar abu (%ad)
|
Zat terbang (%ad)
|
Belerang (%ad)
|
Nilai energi (kkal/kg)(ad)
|
Prima
|
Kutai
|
PT
Kaltim Prima Coal
|
9.00
|
-
|
4.00
|
39.00
|
0.50
|
6800
(ar)
|
Pinang
|
Kutai
|
PT
Kaltim Prima Coal
|
13.00
|
-
|
7.00
|
37.50
|
0.40
|
6200
(ar)
|
Roto
South
|
Pasir
|
PT
Kideco Jaya Agung
|
24.00
|
-
|
3.00
|
40.00
|
0.20
|
5200
(ar)
|
Binungan
|
Tarakan
|
PT
Berau Coal
|
18.00
|
14.00
|
4.20
|
40.10
|
0.50
|
6100
(ad)
|
Lati
|
Tarakan
|
PT
Berau Coal
|
24.60
|
16.00
|
4.30
|
37.80
|
0.90
|
5800
(ad)
|
Air
Laya
|
Sumatera
bagian selatan
|
PT
Bukit Asam
|
24.00
|
-
|
5.30
|
34.60
|
0.49
|
5300
(ad)
|
Paringin
|
Barito
|
PT
Adaro
|
24.00
|
18.00
|
4.00
|
40.00
|
0.10
|
5950
(ad)
|
(ar)
- as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association,
1998
Sumberdaya
batu bara
Pengisian batu bara ke dalam kapal tongkang.
Potensi
sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan
Pulau Sumatera,
sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara walaupun dalam jumlah
kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa Barat,Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.
Badan
Geologi Nasional memperkirakan Indonesia masih memiliki 160 miliar ton cadangan
batu bara yang belum dieksplorasi. Cadangan tersebut sebagian besar berada di
Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Namun upaya eksplorasi batu bara kerap
terkendala status lahan tambang. Daerah-daerah tempat cadangan batu bara
sebagian besar berada di kawasan hutan konservasi. Rata-rata
produksi pertambangan batu bara di Indonesia mencapai 300 juta ton per tahun.
Dari jumlah itu, sekitar 10 persen digunakan untuk kebutuhan energi dalam
negeri, dan sebagian besar sisanya (90 persen lebih) diekspor ke luar.
Di
Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah umum
digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat
dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp
0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan
harga solar industri
Rp. 6.200/liter).
Dari
segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan miliar ton. Jumlah ini
sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke
depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan
mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui
polutan CO2, SO2, NOx dan
CxHy cara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai
tambah tinggi.
Batu
bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai
ekonomi tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan)
dan gasifikasi (penyubliman)
batu bara.
Membakar
batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya
secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang
maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized,
dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
Gasifikasi batu bara
Coal
gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas
batu bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian
gas-gas ini karbon
monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2)
– dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air
sebagai reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi
secara nyata mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi,
batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur
dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan
ke udara, bila mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air
(seperti contoh kabut) dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam
sulfurik dan nitrit, disebut sebagai "hujan asam" “acid rain”. Disini juga ada noda mineral
kecil, termasuk kotoran yang umum tercampur dengan batu bara, partikel kecil
ini tidak terbakar dan membuat debu yang tertinggal di coal combustor, beberapa
partikel kecil ini juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan
uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah
sangat kecil setara dengan rambut manusia.
Bagaimana membuat batu bara bersih
Ada
beberapa cara untuk membersihkan batu bara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat
kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara yang
ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya,
sulfur terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara
yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat
lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu
bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum mencapai cerobong
asap.
Satu
cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai
bintik kecil di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena
ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite, selain itu dikenal
sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batu bara. Secara khusus pada
proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar yang
terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam.
Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang
membersihkan batu bara dari pengotor-pengotornya.
Tidak
semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu
bara adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe
sulfur ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan
menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk mencampur batu bara dengan
bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari molekul batu bara, tetapi
kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih bekerja untuk
mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan
pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah 1978
— telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang
sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong
asap. Alat ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units,"
tetapi banyak orang menyebutnya "scrubbers" — karena mereka men-scrub
(menggosok) sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batu
bara.
Membuang
NOx dari batu bara
Nitrogen
secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen
mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika
udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen
ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida
atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat dibentuk dari atom
nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.
Di
udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang
kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk
“acid rain” (hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut
“ground level ozone”, tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya
udara.
Salah
satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan
asalnya, beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar
dimana ada lebih banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang
terpanas. Di bawah kondisi ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan
bakar daripada dengan nitrogen. Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang
pembakaran yang kedua dimana terdapat proses yang mirip berulang-ulang sampai
semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini disebut "staged
combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga
sebagai "low-NOx burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat
mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga
teknologi baru yang bekerja seperti "scubbers" yang membersihkan NOX
dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa dari alat ini
menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian NOx menjadi
gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx
burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.
Cadangan batu bara dunia
Daerah batu bara di Amerika Serikat
Pada
tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 × 1015 kg
atau 1 trilyun ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi
tambang saat ini, diperkirakan setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai
energi dari semua batu bara dunia adalah 290 zettajoules. Dengan
konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt, terdapat
cukup batu bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun.
British Petroleum,
pada Laporan Tahunan 2006,
memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064 juta ton cadangan batu bara
dunia yang terbukti (9,236 × 1014 kg), atau cukup
untuk 155 tahun (cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang
diklasifikasikan terbukti, program bor eksplorasi oleh perusahaan tambang,
terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus memberikan cadangan
baru.
Departemen
Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di Amerika Serikat sekitar
1.081.279 juta ton (9,81 × 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE (billion barrels of oil equivalent).
Negara
|
Bituminus
(termasuk antrasit)
|
Sub-bituminus
|
Lignit
|
TOTAL
|
115.891
|
101.021
|
33.082
|
249.994
|
|
49.088
|
97.472
|
10.450
|
157.010
|
|
62.200
|
33.700
|
18.600
|
114.500
|
|
82.396
|
2.000
|
84.396
|
||
42.550
|
1.840
|
37.700
|
82.090
|
|
23.000
|
43.000
|
66.000
|
||
49.520
|
49.520
|
|||
16.274
|
15.946
|
1.933
|
34.153
|
|
31.000
|
3.000
|
34.000
|
||
20.300
|
1.860
|
22.160
|
||
64
|
1.460
|
14.732
|
16.256
|
|
11.929
|
11.929
|
|||
6.267
|
381
|
6.648
|
||
3.471
|
871
|
2.236
|
6.578
|
|
2.114
|
3.414
|
150
|
5.678
|
|
790
|
1.430
|
3.150
|
5.370
|
|
4.300
|
4.300
|
|||
1.000
|
3.000
|
4.000
|
||
278
|
761
|
2.650
|
3.689
|
|
2.874
|
2.874
|
|||
13
|
233
|
2.465
|
2.711
|
|
2.265
|
2.265
|
|||
1.710
|
1.710
|
|||
1.000
|
500
|
1.500
|
||
1
|
35
|
1.421
|
1.457
|
|
1.268
|
1.268
|
|||
860
|
300
|
51
|
1.211
|
|
31
|
1.150
|
1.181
|
||
80
|
1.017
|
1.097
|
||
960
|
100
|
1060
|
||
812
|
812
|
|||
773
|
773
|
|||
200
|
400
|
60
|
660
|
|
300
|
300
|
600
|
||
33
|
206
|
333
|
572
|
|
502
|
502
|
|||
497
|
497
|
|||
479
|
479
|
|||
430
|
430
|
|||
232
|
100
|
332
|
||
40
|
235
|
275
|
||
212
|
212
|
|||
208
|
208
|
|||
200
|
200
|
|||
21
|
169
|
190
|
||
183
|
183
|
|||
172
|
172
|
|||
150
|
150
|
|||
88
|
88
|
|||
78
|
78
|
|||
70
|
70
|
|||
66
|
66
|
|||
40
|
40
|
|||
6
|
33
|
39
|
||
3
|
33
|
36
|
||
22
|
14
|
36
|
||
27
|
7
|
34
|
||
25
|
25
|
|||
24
|
24
|
|||
22
|
22
|
|||
14
|
14
|
|||
10
|
10
|
|||
4
|
4
|
|||
3
|
3
|
|||
2
|
2
|
|||
2
|
2
|
|||
2
|
2
|
|||
2
|
2
|
|||
1
|
1
|
|||
1
|
1
|
|||
1
|
1
|
|||
1
|
1
|
Negara pengekspor batu bara utama
Pengekspor
batu bara berdasarkan negara dan tahun
(dalam juta ton) |
||
Negara
|
||
238,1
|
247,6
|
|
43,0
|
48,0
|
|
78,7
|
74,9
|
|
41,0
|
55,7
|
|
16,4
|
16,3
|
|
27,7
|
28,8
|
|
103,4
|
95,5
|
|
57,8
|
65,9
|
|
200,8
|
131,4
|
|
Total
|
713,9
|
764,0
|
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar